Categories: Uncategorized

Curhat Planner: Tips dan Tren untuk Pernikahan, Seminar, Gathering

Curhat singkat: kenapa aku masih betah jadi planner

Jadi planner itu kayak pacaran sama banyak orang sekaligus—kamu harus sabar, telaten, dan kadang siap nangis bareng klien karena budget nggak cukup buat lighting impian. Aku nulis ini sambil ngopi, mata masih merah karena semalam baru balik dari venue yang mood lighting-nya bikin semua orang glowing (literally). Tulisan ini bukan ceramah formal, cuma curhat berisi tips dan tren yang sering aku pakai buat pernikahan, seminar, dan gathering. Biar kalau kamu calon planner atau klien, bisa siap mental.

Awal Mula Drama: Brief dan Client yang Beda-beda

Tip pertama: dengarkan. Iya, se-simple itu tapi susah prakteknya. Brief itu bisa berupa Google Docs panjang lebar, voice note 2 menit, atau cuma: “Pokoknya romantis aja.” Jangan panik. Tanyakan 5 hal utama: tujuan acara, jumlah tamu, budget, vibe (kasual/formal), dan hal non-negotiable. Selalu konfirmasi lewat email atau chat biar nggak ada tragedi di hari H.

Kalau klien super vague, bikin moodboard via Pinterest atau WhatsApp. Kadang klien cuma butuh lihat visual sebelum semangat ke-ide. Untuk pernikahan, tambahkan opsi mood foto prewed; untuk seminar, tunjukkan contoh layout ruang supaya klien sadar kalau kursi theater beda vibe sama setup round-table.

Tren yang Bikin Happy Planner

Nah ini bagian favorit aku: jelajahi tren yang lagi hits, tapi jangan auto ikut semua. Sebagai contoh:

– Pernikahan: micro-weddings dan sustainable decor masih naik daun. Orang pengen intimate, personal, dan ramah lingkungan. Kalau bisa, tawarkan paket eco-friendly—undangan digital, bunga lokal, decor reusable.

– Seminar: hybrid events itu standard now. Penonton offline + online = jangkauan luas. Pastikan kualitas streaming, lighting, dan audio karena 1 layar lag bisa bikin reputasi planner drop 50%.

– Gathering: experiential activities. Food truck corner, workshop mini, photo booth interaktif—orang bukan cuma datang buat makan, mereka pengen cerita seru buat di-Instagram.

Oh iya, kalau mau lihat contoh vendor yang reliable, sempatin intip amartaorganizer ya—cukup useful buat referensi awal.

Bumbu Rahasia (bukan bumbu dapur)

Ini bagian jujur: beberapa trik kecil sering banget jadi penentu sukses acara. Pertama, timeline detail. Aku selalu buat timeline per 15 menit di hari H, dari kedatangan vendor sampai sesi terakhir. Kedua, plan B cuaca. Untuk outdoor wedding atau gathering, tenda atau rencana indoor harus ready. Ketiga, kit emergency: pita, double tape, jarum, obat sakit kepala, charger powerbank, dan spare microphone baterai. Kamu bakal berterima kasih pada dirimu sendiri pas lampu mikrofon mati 5 menit sebelum MC mulai.

Jangan lupa komunikasi ke vendor. Grup WhatsApp hari H itu sacred—satu pesan dari katering atau MC bisa menyelamatkan segalanya. Sopan tapi tegas itu kuncinya; kamu jadi planner bukan karena kamu komandan, tapi karena kamu yang paling siap.

Checklist yang Bikin Tenang

Checklist itu terapi. Berikut versi ringkas yang selalu aku share ke junior:

– 1 bulan sebelum: final guest list, seat plan kasar, konfirmasi vendor.

– 2 minggu sebelum: walkthrough venue, tes listrik, koordinasi teknis (sound/light).

– 3 hari sebelum: konfirmasi menu, pickup material, print signage.

– Hari H: early arrival, briefing vendor, stay hydrated, brief MC dan photog.

Pro tip: siapkan folder fisik berisi dokumen penting (kontrak, contact person vendor, layout), plus digital backup di cloud. Kalau handphone lowbat, folder fisik itu penyelamat.

After Party: Evaluasi dan Ego Ditinggal

Setelah acara usai dan semua tamu pulang, jangan buru-buru bilang “beres.” Duduk sebentar, evaluasi. Apa yang berjalan mulus? Apa yang bikin deg-degan? Catat semua, baik dan buruk. Ini investasi buat acara berikutnya. Jangan bawa pulang ego—minta feedback klien, vendor, bahkan tamu. Kadang masukan sepele malah jadi insight brilian.

Akhir kata, jadi planner itu rollercoaster—capek tapi memuaskan. Hari H ngeliat orang nangis bahagia, tawa, atau forum diskusi yang beres itu rasanya kayak dapat standing ovation batin. Kalau kamu lagi mulai, semoga curhat kecil ini ngasih pencerahan. Kalau kamu klien, semoga lebih paham kerjaan kita yang kadang lebih drama dari sinetron. Keep calm, plan well, and always bring extra batteries. Peace out!

engbengtian@gmail.com

Share
Published by
engbengtian@gmail.com

Recent Posts

Rahasia Kecil Event Planner: Tren Pernikahan, Seminar, dan Gathering Profesional

Aku selalu suka momen setelah acara selesai — bukan karena semua beres, tapi karena ada…

1 day ago

Trik Event Planner: Tren Pernikahan, Seminar, dan Gathering Kekinian

Ngopi dulu sebelum baca panjang-panjang? Santai. Kita ngobrol soal dunia event planning yang sekarang makin…

2 days ago

Di Balik Layar Event Planner: Tren Pernikahan, Seminar, dan Gathering…

Aku selalu merasa kerja jadi event planner itu semacam main puzzle besar: banyak potongan kecil…

3 days ago

Pengaruh Spaceman di Era Digital

Era digital bikin banyak hal berubah, termasuk cara orang cari hiburan. Salah satu fenomena yang…

3 days ago

Curhat Event Planner: Tren Pernikahan, Seminar, dan Gathering Profesional

Curhat Pembuka: Kenapa Dunia Event Selalu Seru? Ngopi dulu. Oke. Jadi ceritanya aku mau curhat…

4 days ago

Tren Event Planner: Tips Santai untuk Pernikahan, Seminar, dan Gathering Kantor

Tren Event Planner: Tips Santai untuk Pernikahan, Seminar, dan Gathering Kantor Mengapa saya masih suka…

5 days ago